Dampak Elektoral Kasus Romy

Dampak Elektoral Kasus Romy

Dampak Elektoral Kasus Romy


[PORTAL-ISLAM.ID]  Romy kena OTT (15/3). Operasi Tangkap Tangan. Diduga kasus suap jabatan. Secara personal, Romy ialah pelaku. Biarlah proses pengadilan nanti yang akan tetapkan vonisnya. Sebagai ketua partai, Romy itu korban. Korban dari sistem politik yang sangat-sangat mahal. Romi ialah ketum partai kelima yang ditangkap KPK, sesudah Anas Urbaningrum, Lutfi Hasan Ishaaq, Surya Darma Ali, dan Setya Novanto.

Ada yang bilang: “Penangkapan Romy itu bukti Jokowi tak babat pilih.” Capek deh! Ini OTT bos! Tak ada yang sanggup intervensi kasus OTT. Pimpinan KPK sekalipun, tak sanggup ikut cawe-cawe. Tidakkah penyidik KPK lapor pimpinan sebelum OTT? Kadang-kadang. Seringkali tangkap dulu, gres lapor. Kalau begitu, sanggup apa pimpinan KPK? Apalagi Jokowi? Paham?

Sejumlah pengurus PPP, ada juga ketua DPC telepon saya: “kok Jokowi biarkan Romy ditangkap KPK?” Saya jawab: kecolongan! Soal ini, Jokowi gak sanggup berbuat apa-apa juga bos. Jangan salahkan Jokowi, kataku. Wuih… Bela Jokowi niye… ini obyektif.

Beda OTT dengan kasus e-KTP. Rumit dan berbelit-belit. Kalau saja kasus e-KTP ini ditangani dengan cepat dan tuntas, Jokowi akan sanggup poin. Semua nama yang disebut di persidangan dipanggil, diperiksa, kalau terbukti salah, maka harus divonis. Itu gres top! Termasuk Puan Maharani? Kalau disebut namanya di persidangan, ya harus dipanggil dong. Mintai keterangan. Soal salah atau tidak, itu urusan nanti. Namanya juga praduga bersalah. Itu gres tidak babat pilih. Kalau kasus e-KTP ini dituntaskan, apalagi jelang pilpres, sepuluh jari harus diangkat. Keren banget Jokowi. Ah, ngayal loh! Sesekali boleh. Hehe.

Gimana menyimpulkan “tak babat pilih”, protes publik. Kasus Novel Baswedan hingga kini gak kelar. 11 April nanti genap dua tahun. 27 kasus terkait ujaran kebencian yang dilaporkan lawan politik, tak ada tindak lanjut. Lurah Mojokerto sambut Sandi, divonis dua bulan penjara. Enam guru honorer di Banten dicopot. 53 penyuluh di DKI diancam pemecatan. Tiga pegawai hotel di Lombok kabarnya digelandang ke Polsek gara-gara selfie dua jari di depan baliho Jokowi. Kasus Kemenpora juga belum terang ujungnya. Protes ini merupakan PR yang harus dihadapi Jokowi. Kalau Jokowi mau tuntaskan ini, dijamin akan banjir apresiasi. Mungkinkah? Entahlah. Masyarakat tampaknya sudah terlalu apatis.

Kembali soal OTT Romy, apakah kuat terhadap elektabilitas? Terhadap PPP, pasti. Para caleg PPP kini kewalahan. Kalau sedang kampanye, kemudian diteriakin Romy…Romy…Romy… Repot! Image sebagai partai pendukung penista agama saja belum betul-betul dilupakan. Datang lagi kasus OTT ketumnya.

Mereka juga kerepotan turunin baliho dan spanduk yang ada fotonya Romy. Turunkan dan menggantikan baliho, perlu biaya lagi. Duit dari mana? Siapa yang akan gantikan Romy cari logistik?

Program kampanye dengan memobilisasi guru madrasah dan penyuluh di jajaran kemenag untuk pilih dan kampanye PPP, sebagaimana yang disinggung Mahfudz MD di ILC, tak akan efektif lagi. Undecided voters (masyarakat yang belum memilih pilihan) tak akan tertarik. Swing voters (pemilih yang masih ragu) besar kemungkinan akan berpindah ke lain hati.

Dari sejumlah survei, elektabilitas PPP masih belum aman. Kurang dari 4 persen. Itu angka sebelum Romy ditangkap. Setelah Romy ditangkap? Makin sulit bagi PPP untuk hingga batas minimal elektoral threeshold. Bukan tidak mungkin untuk mencapai sasaran minimal, tapi diharapkan kerja super keras dan cerdas. Tak mudah! Apalagi kalau sidang kasus Romy digelar sebelum pilpres. Makin repot!

Bagaimana dampaknya terhadap elektabilitas Jokowi? Ini yang menarik. Publik menunggu analisis ini. Mengingat pertama, PPP ialah salah satu partai pengusung Jokowi-Ma’ruf. Kedua, Romy punya relasi “sangat dekat” dengan Jokowi. Jokowi bilang: setiap minggu, bahkan setiap hari, bertemu dengan Romy. Ini relasi spesial. Kayak martabak aja, pakai spesial.

Sebagai mitra dekat dan pimpinan salah satu partai pengusung, Romy tidak hanya aktif, tapi atraktif. Ingat ketika terjadi ralat doa Mbah Moen? Setelah itu, Romy pun ajak Jokowi masuk ke ruang khusus kiyai kharismatik ini untuk selfie.

Viral video Romy satu kendaraan beroda empat dengan Jokowi dikala mantan walikota Solo ini lempar-lempar bingkisan dari dalam mobil. Romy yang merekam itu. Dan Jokowi tak marah. Padahal, itu tak etis untuk ditonton rakyat. Sangat merugikan Jokowi dari sisi elektabilitas. Tapi, Romy berhasil memberi pesan kepada rakyat bahwa ia memang sangat dekat dengan Jokowi. Dan pesan itu betul-betul sampai.

Image keakraban dan kedekatan Jokowi-Romy tak lekang dari benak rakyat. Romy kena OTT, niscaya sedikit banyak akan kuat kepada bunyi Jokowi. Swing voters lari, dan undecided voters tak lagi tertarik. Belum lagi protes pengurus dan konstituen PPP. Kenapa Jokowi tak melindunginya? Ya, memang gak akan sanggup melindungi. Sekali lagi, ini OTT bos. Bukan saya mau belain Jokowi, tapi memang gak akan bisa. Kalau bukan OTT? Tanyakan pada Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Mereka orang-orang dekat Jokowi. Tentu lebih tahu.

Jadi, kalau ditanya apakah tertangkapnya Romy kuat terhadap elektoral Jokowi? Ngaruh bos. Apalagi kalau plt Ketum cabut pertolongan dari Jokowi, makin besar pengaruhnya. Kapan? Jika kasus OTT Romy telah serius dianggap mengganggu elektabilitas Jokowi-Ma’ruf. Goodbye!

Jakarta, 24/3/2019

Penulis: Tony Rosyid
Sumber https://www.portal-islam.id
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar

Advertiser