[PORTAL-ISLAM.ID] Erick Thohir Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf menciptakan pernyataan yang aneh. Survei tidak penting. Yang lebih penting yaitu gerakan massif di daerah.
Apa gak salah niy Pak Erick. Bukannya publikasi survei selama ini menjadi andalan utama Jokowi? Sampai ada julukan Jokowi yaitu Presiden Republik Survei Indonesia.
SMRC dan LSI Denny JA gres saja mempublikasikan hasil survei. Denny JA memastikan pilpres sudah selesai. Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf 58,7 persen, Prabowo-Sandi cuma 30,9 persen. Ada selisih 27,8%.
Direktur SMRC Jayadi Hanan menyampaikan butuh keajaiban bagi Prabowo-Sandi untuk menang. Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf 57,6 persen, Prabowo-Sandi 31,8 persen. “Angkanya melampaui 25 persen,” kata Jayadi.
Kalau benar menyerupai dikatakan SMRC dan LSI Denny JA harusnya tidak perlu lagi gerakan massif di daerah. Untuk apa. Kan sudah menang? Buang-buang tenaga dan uang saja. Lebih baik dananya disiapkan untuk merayakan kemenangan Jokowi.
Pasti ada-apa-apanya hingga Erick memberikan pernyataan semacam itu. Usut punya usut Erick tidak salah ucap. Dalam banyak sekali kesempatan Jokowi menyatakan secara terbuka kepada pendukungnya supaya waspada. Elektabilitas mereka sedang turun. Jokowi malah menyebut di Jabar elektabilitasnya turun 8 persen.
Kita tentu lebih percaya Jokowi dibanding lembaga-lembaga survei. Tidak mungkin lah Jokowi melemahkan semangat para pendukungnya sendiri. Tidak mungkin lah ia buka rahasia. Pernyataan Jokowi yaitu verbal kekhawatiran yang sangat dalam.
Kalau melihat manuver Jokowi maupun tim kampanyenya, tidak menunjukkan sikap orang yang sudah menang perang. Yang muncul yaitu sikap orang yang frustasi dan kalap.
Kenaikan honor ASN, TNI, dan Polisi Republik Indonesia diobral. Bansos juga habis-habisan digelontorkan. Warga Jabar hingga lembap kuyup sebab digelontor Bansos dan CSR dari banyak sekali BUMN.
Pengerahan ASN dan Polisi Republik Indonesia sangat terasa di lapangan. Ferry Mursidan Baldan Direktur Relawan BPN Prabowo-Sandi hingga berani menyimpulkan,” yang kami hadapi di lapangan yaitu pegawanegeri negara,” ujarnya.
Ferry benar. Jokowi dalam sebulan terakhir aktif bertemu kalangan milineal di banyak sekali kota besar di Indonesia. Kunjungannya difasilitasi oleh Polisi Republik Indonesia melalui jadwal “Milenial Road Safety Festival.” Foto-foto Jokowi tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia sebagai ikon keselamatan berkendara.
Bersamaan dengan itu gerakan Prabowo-Sandi di lapangan banyak dihambat. Di Yogyakarta dan Bandung, Pidato Kebangsaan Prabowo harus berkali-kali pindah gedung. Pemilik gedung ditekan dan tidak berani menyewakan.
Ketika berkunjung ke Banten, Helikopter Prabowo juga dihentikan Bupati Pandeglang mendarat di alun-alun milik Pemkab. Prabowo terpaksa memindahkan pendaratan di sebuah lapangan di Serang.
Konser solidaritas Ahmad Dhani di Surabaya tidak diberi izin polisi. Konser itu semula akan dihadiri Sandiaga Uno.
Dalam setiap kunjungan ke banyak sekali kawasan baik Prabowo maupun Sandi disambut lautan manusia. Sebaliknya kampanye yang dihadiri Jokowi, apalagi Ma’ruf Amin sepi. Yang dialami Ma’ruf Amin lebih tragis lagi. Dia batal berkampanye sebab hanya beberapa gelintir pendukungnya yang hadir.
Wajar bila Erick Thohir menganggap hasil survei tidak penting. Itu hanya membuai dan menina-bobokkan mereka. Cara-cara usang menipu publik, tapi sudah tidak laku. Pilihannya sudah benar. Gerakan massif di bawah.
Pertanyaannya siapa yang akan digerakkan di bawah? Untuk hadir kampanye saja, rakyat sudah ogah. Apalagi kampanye, bergerak _door to door._ Tidak ada alasan cukup berpengaruh yang dapat menggerakkan mereka.
Parpol dan para calegnya juga tengah fokus mencari selamat sendiri-sendiri. Kalau hingga Jokowi kalah dan mereka tidak terpilih menjadi anggota legislatif, bakal rugi dua kali.
Jalan satu-satunya bagi Jokowi yaitu menggerakan pegawanegeri negara. Mulai dari ASN, Polisi, intelijen, dan TNI.
Tapi tunggu dulu. Apa mereka juga mau mempertaruhkan jabatan dan masa depannya untuk Jokowi?
Mereka tidak dapat menutup mata, ada arus besar yang tengah bergerak.
Arus besar perubahan di tengah masyarakat yang menginginkan pergantian kepemimpinan nasional.
Dalam situasi menyerupai ini kita jadi teringat pada ucapan Presiden George W Bush Jr. ”Either with us. Or with enemy?!”
Mau tetap bersama Jokowi, atau bersama rakyat?!
Penulis: Djadjang Nurjaman Sumber https://www.portal-islam.id