Mrt Jakarta, Karya Besar Anak Betawi

Mrt Jakarta, Karya Besar Anak Betawi

Mrt Jakarta, Karya Besar Anak Betawi

(Foto: Fauzi Bowo ketika meninjau model gerbong MRT Jakarta tahun 2012)

MRT JAKARTA, KARYA BESAR ANAK BETAWI

Oleh: Joko Intarto
(Wartawan)

Jakarta mengukir sejarah baru. Dalam bidang transportasi massal. Setelah penantian panjang selama 34 tahun. Pagi ini, 24 Maret 2019, moda transportasi berbasis rel yang modern itu diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo.

Saya belum sempat mencobanya. Dan mungkin belum akan naik dalam waktu bersahabat ini. Tapi saya sudah melihat stasiunnya yang bagus. Di Jalan Sudirman. Dekat Semanggi.

Untuk itu, saya harus memberi selamat dan penghargaan yang tinggi kepada tokoh di balik kehadiran moda transportasi modern Jakarta: Dr Ir H Fauzi Bowo. Anak Betawi asli. Mantan Gubernur DKI.

Fauzi Bowo-lah orang di balik kehadiran MRT Jakarta. Dari pendirian perusahaan, pembiayaan proyek, desain, Amdal, lahan sampai pembangunan konstruksi. Hanya alasannya ialah gagal terpilih menjadi gubernur lagi, bukan Fauzi Bowo yang manggung dalam pelantikan hari ini.

Jajak digital wacana peran Fauzi Bowo dalam membangun MRT sangat gampang ditemukan. Googling saja. Atau baca website resminya www.Jakartamrt.co.id. Dijamin tidak hoax dan tanpa anyir kampanye.

MRT Jakarta sudah digagas semenjak tahun 1985. Atau 34 tahun lalu. Namun langkah konkritnya gres dimulai tahun 2005, sesudah presiden SBY menetapkan MRT Jakarta sebagai proyek nasional.

Setahun kemudian (2006), dilakukan penandatanganan pembiayaan antara Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Kyosuke Shinozawa dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusuf Anwar. JBIC kemudian mendesain dan menunjukkan rekomendasi studi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Disetujui pula akad antara JBIC dan Pemerintah Indonesia, untuk menunjuk satu tubuh yang mengorganisasi penyelesaian proyek MRT ini. Pemerintah Daerah DKI merespon dengan mendirikan perusahaan operator PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta pada tahun 2008. Pemegang saham PT MRT Jakarta ialah Pemprov DKI (99,98%) dan PD Pasar Jaya (0,02%).

JBIC kemudian melaksanakan merger dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). JICA bertindak sebagai tim penilai. JBIC selaku pemberi pinjaman.

Dalam jadwal yang dibentuk JICA dan MRT Jakarta, desain teknis dan pengadaan lahan dilakukan pada tahun 2008-2009. Sementara pekerjaan konstruksi dijadwalkan dimulai tahun 2010 – 2014. Sayangnya, jadwal tersebut tidak terpenuhi.

Desain proyek memang sudah simpulan tahun 2009. Namun tahap pengerjaan konstruksi gres dapat dilakukan pada Oktober 2013 dengan sasaran simpulan tahun 2018. Mestinya bertepatan dengan pelaksanaan Asian Games. MRT fase I mempunyai panjang 16 Kilometer. Menghubungkan Bundaran HI dengan Lebak Bulus. Melewati 13 stasiun dan 1 depo.

Waktu tempuh dari ujung ke ujung, kurang lebih 30 menit. Ada pun jeda keberangkatan kereta satu dengan lainnya ialah 5 menit. Dengan frekuensi tersebut, MRT diperkirakan dapat melayani 16 ribu penumpang per hari.

Berapa taripnya? Dalam siaran Metro TV Sabtu pagi, dilaporkan bahwa para penumpang MRT wajib membeli tiket elektronik. Harganya Rp 15.000 untuk single trip dan Rp 25.000 untuk multi trip. Selama masa ujicoba, penumpang tetap harus memakai tiket elektronik tersebut. Namun saldonya tidak akan dikurangi.

Meski sudah dirilis, harga tiket tersebut tolong-menolong masih menyisakan persoalan. Pemerintah Daerah DKI dengan Pemerintah Pusat masih belum sepakat dalam pembagian beban subsidi.

Pemerintah sentra minta Pemerintah Daerah DKI menanggung seluruhnya. Sementara DPRD DKI tidak baiklah bila beban subsidi ditanggung Pemerintah Daerah DKI sendiri.***


Sumber https://www.portal-islam.id
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar

Advertiser