Pilpres Dalam Perspektif Kenabian

Pilpres Dalam Perspektif Kenabian

Pilpres Dalam Perspektif Kenabian


[PORTAL-ISLAM.ID]  Semua agama “samawi” percaya konsep kenabian. Setiap nabi lahir sebagai “extra ordinary people”. Manusia di atas insan pada umumnya. Para nabi sengaja dihadirkan untuk menjadi pemimpin umat. Tujuannya, supaya lebih efektif imbas perjuangannya. Sebab, kekuasaan menjadi faktor penting untuk mensugesti dan melaksanakan transformasi sosial.

Menjadi pemimpin, para nabi mempunyai modal integritas dan kapasitas. Modal ini hasil dari latihan panjang. Mulai dari belum dewasa hingga dewasa, hingga wahyu turun menegaskan kematangannya sebagai seorang tokoh yang siap menciptakan langkah perubahan. Gak “ujug-ujug”, spontan, apalagi hasil pencitraan.

Modal kenabian itu terkenal dengan istilah sidiq, amanah, tabligh dan fatonah. Kok bahasa Arab semua? Alergi sama bahasa Arab? Jangan lihat bahasanya dari mana, tapi substansinya. Bahasa hanya instrumen. Kendati instrumen, ia tetap penting sebagai penyampai makna, nilai dan pesan.

Semua nabi, tanpa terkecuali, mempunyai empat huruf ini. Modal inilah yang memantaskan mereka memimpin umat dan bangsa. Bahkan memimpin negara ibarat Daud, Sulaiman dan Muhammad.

Sidiq artinya jujur. Anda sanggup punya temen yang tak jujur? Kalau gak sanggup, bagaimana anda sanggup punya pemimpin yang gak jujur? Di tangan pemimpin, nasib anda, anak cucu dan bangsa ini akan ditakdirkan.

Jujur artinya satunya perkataan dengan fakta dan perbuatan. Jika anda mau ukur kejujuran seseorang, gampang! Cocokkah ucapannya dengan fakta dan perbuatannya. Simpel! Gak perlu harus pinter-pinter amat.

Orang tak jujur, jangan diharap ia bisa amanah. Mustahil! Tidak akan mungkin. Secara teoritis, orang yang tak jujur, niscaya penghianat. Silahkan disurvei. Kejujuran itu penilaian pertama dan utama untuk menilai layak tidaknya seseorang itu jadi sobat kita, pasangan hidup kita, atau pemimpin kita. Khususnya untuk menentukan pemimpin, mau pakai dalil dan argumentasi apapun, kalau gak jujur, ia tak layak dipilih. Itu saja, titik! Anda mengabaikan ini, peristiwa alam buat bangsa dan negaramu.

Kita punya capres Jokowi dan Prabowo. Mana yang lebih jujur diantara keduanya? Mana yang omongannya bisa dipegang dan dipercaya? Pertanyaan ini harus dijawab dengan obyektif. Pakai hati nurani dan nalar sehat. Dari sini kita “bismillah” pilih presiden.

Selain sidiq, ada amanah. Amanah artinya komitmen pada kiprah dan janjinya. Pemimpin mesti taat hukum dan punya komitmen terhadap janji-janjinya. Mana diantara Jokowi dan Prabowo yang taat aturan? Soal janji, mana yang lebih punya komitmen, Jokowi atau Prabowo?

Faktor amanah ini sangat serius. Sebab, di tangan presiden, ada 265 lebih juta rakyat dipertaruhkan nasibnya. Jika dalam menentukan presiden anda mengabaikan faktor amanah ini, maka anda pecahan dari penghianat bangsa. Sebab, dengan sengaja anda tak menentukan pemimpin yang amanah.

Selain sidiq dan amanah, pemimpin mesti mempunyai kewajiban ber-tabligh. Tabligh artinya memberikan segala sesuatu apa adanya. Sama antara panggung depan dengan panggung belakang. Transparan. Gak ada yang ditutup-tutupi dan disembunyikan bila itu terkait dengan kepentingan rakyat. Tidak ada pencitraan, apalagi kepura-puraan.

Pemimpin itu dihentikan pura-pura. Harus tampil apa adanya. Tak menipu dan membodohi rakyat. Gak boleh banyak polesan kamera dan berita. Tampil otentik dengan semua kemampuannya. Bukan akal-akalan mampu.

Diantara Jokowi dan Prabowo, mana yang lebih otentik? Mana yang tampil apa adanya? Mana yang akal-akalan dan suka pencitraan? Lagi-lagi, anda mesti jawab dengan hati yang jernih dan pikiran yang sehat. Obyektif! Sebab, ini menyangkut nasib bangsa anda kedepan.

Tiga huruf ialah sidiq, amanah dan tabligh ini terkait dengan integritas. Artinya, seorang pemimpin akan dinilai lebih dulu pada aspek integritasnya, sebelum aspek yang lainnya.

Setelah tiga syarat integritas dipenuhi oleh calon pemimpin, gres dilihat kompetensinya. Dalam istilah kenabian digunakan istilah fatonah. Cerdas atau berkompeten. Berkapasitas menjadi seorang pemimpin. Bagaimana track record-nya? Bagaimana pengalamannya? Leadership-nya ibarat apa? Kemampuannya mengatasi problem juga bisa dijadikan alat ukur untuk menilai kompetensi seorang calon pemimpin.

Di pilpres kali ini, empat kriteria kepemimpinan bisa jadi alat ukur untuk melihat dua Paslon. Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma’ruf. Mana diantara kedua Paslon ini yang layak dipilih memakai empat huruf itu; sidiq, amanah, tabligh dan fatonah. Siapa yang lebih jujur? Siapa yang lebih patuh pada aturan? Siapa yang dalam catatan sejarahnya punya komitmen terhadap janjinya? Siapa yang lebih tulus, polos dan apa adanya? Setelah pertanyaan-pertanyaan ini punya tanggapan positif, maka gres kita tanya; siapa yang lebih kompeten diantara kedua paslon?

Silahkan buat skor 1-10. Lalu diakumulasikan, siapa yang nilainya tertinggi dan layak anda pilih jadi presiden dan wakil presiden.

Lupakan etnis anda, ormas anda, dan kedekatan serta seluruh kepentingan anda, baik personal maupun komunal. Sebab, menentukan presiden bukan sebab siapa akrab siapa, dan ada tidaknya relasi organisasi. Tidak pula siapa sanggup apa. Obyektiflah menentukan presiden dan wakil presiden, supaya pemimpin bangsa ini kelak akan memperlakukan anda dan belum dewasa bangsa ini menurut integritas dan kapasitasnya. Jauhi semua bentuk hoak, fitnah dan pencitraan, supaya negara ini di lalu hari kelak tampil apa adanya, tidak semu dan penuh kepalsuan.

Jakarta, 21/3/2019

Penulis: Tony Rosyid
Sumber https://www.portal-islam.id
Blogger
Disqus
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar

Advertiser