[PORTAL-ISLAM.ID] "Aroma kemenangan sudah tercium sangat dekat. Ya, kemenangan sudah di depan mata!" tukas Letjen Tentara Nasional Indonesia (Purn) Prabowo Subianto, Jumat (15/3) malam di Ballroom, hotel Sultan. "Terus rapatkan barisan, terus jaga dan waspada!" lanjut mantan Danjen Kopasus yang paling dicintai para purnawirawan pasukan Baret Merah.
Prabowo dalam program pemantapan untuk para Jurkamnas itu melanjutkan: "Banyak relawan kita di daerah-daerah mengadu pada saya, mereka diancam oleh oknum-oknum aparat, saya katakan tinggal 31 hari lagi, jangan takut!" pekik Prabowo yang disambut takbir oleh sekitar 1500 penerima yang hadir.
Masih kata Presiden Pencak Silat Dunia itu, saatnya kita terus bergerak. "Dan jangan takut dengan ancaman-ancaman itu. Bergerak kita mati, membisu kita mati juga. Karena dalam hidup, mati ialah kepastian!".
Penegasan Prabowo ini penting biar seluruh lapisan masyarakat yang punya nalar sehat dan menginginkan perubahan, terus bahu-membahu. Penegasan Prabowo ini bukan tanpa alasan. Penegasan Prabowo ialah fakta yang konkret di depan mata.
Ghirah
Seorang sahabat, wartawan senior dari Bangil, Sefdin, begitu biasa saya sapa, Selasa (19/3) siang di sebuah restoran Manado, menegaskan. "Tahun 2014, suasana menyerupai ini ada pada Jokowi. Tapi sekarang, ghirah (semangat/panggilan jiwa) umat ada pada Prabowo-Sandi!" tukasnya ketika diskusi kecil dengan sesama sobat sambil makan siang atas permintaan Haryo Juniarto, lawyer yang dulu pernah memimpin BOPI.
Hebatnya, ghirah itu makin usang semakin tinggi akhir bermacam-macam tekanan dari pihak-pihak yang seharusnya netral. "Makin banyak tekanan, makin menjadi backfire (bumerang) bagi petahana," lanjut Sefdin.
Rakyat ketika ini memang sudah tidak dapat dibohongi lagi. Bahkan apa pun upaya petahana untuk 'menyerang' melalui hasil survei, orang malah tertawa. Mana mungkin hasil survei dipercaya wong fakta lapangan meski ditutup oleh media-media main stream dari medsos terpampang terang mana yang tumplek-blek sambutannya dan mana yang sunyi senyap. Dari sana rakyat yang rata-rata sudah cerdas, niscaya dapat melihat data sesungguhnya.
"Ayo kita all-out sahabat! Waktu kurang dari sebulan lagi!" tulis sobat saya semenjak dewasa yang alhamdulillah tak pernah putus sampai hari ini. "Jangan kendor, jangan teledor. Terus rapatkan barisan, cermat, jangan lepas pengawasan!" katanya lagi yang pernah menjadi pejabat kelas menengah di Pemerintah Daerah DKI, tapi dulu ia sangat berperan dalam hal-hal semacan ini.
Semangat yang sama diperlihatkan oleh sobat saya yang ikut dalam diskusi itu. Ada Wailan Walalangi (mantan peraih medali emas Asian Games cabang tenis), Eddy Lahengko (wartawan senior), Dr. Arsyad Ahmadin (dosen dan pegiat olahraga nasional yang ketika ini nyaleg di Gerindra untuk dewan perwakilan rakyat RI), Sadik Al-Gadri (putra pejuang Hamid Al-Gadri), dan Ismail (anak muda yang energik).
Sekali lagi semangat yang menyala di antara kami juga bukan tanpa alasan. Jika boleh memakai istilah Rocky Gerung, kami ialah sekumpulan orang yang punya nalar sehat, tidak asal mendukung. Kami bukan sekumpulan orang dungu yang secara membabi-buta mendukung tokohnya yang sudah nyata-nyata gemar berbohong. Bahkan untuk satu klarifikasi saja sang tokoh lagi-lagi berbohong: "Waktu itu umur saya 4 tahun, bla...bla...bla. Ya waktu itu umur saya 10 tahun!". Bukan hanya itu, banyak lagi lainnya. Tapi di mata para pendukungnya sang tokoh dianggap sempurna dipuja menyerupai tanpa ada kesalahan sedikit pun.
Jadi, sekali lagi, aroma kemenangan sudah di depan mata: Ayoooo rapatkan barisan untuk menyambutnya! Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Penulis: M. Niagara Sumber https://www.portal-islam.id